Wednesday 19 September 2007

TEKNIK PENULISAN ILMIAH

A. PENDAHULUAN
Kualitas suatu pendidikan tidak hanya dilihat dari bagaimana prestasi akademik yang dapat dicapai oleh masing-masing siswa, namun juga sangat ditentukan oleh kualitas para pengelola baik secara langsung maupun tidak terlibat dalam proses pendidikan dimaksud. Kondisi ini memperkuat bahwa pendidikan sebagai suatu jalinan sistem tidak dapat mengabaikan satu komponen yang terkait di dalamnya atau mendudukan posisi satu komponen lebih penting daripada komponen lainnya. Peran Kepala Sekolah sebagai pemimpin suatu lembaga pendidikan merupakan peran strategik di dalam mengoptimal-kan tujuan-tujuan yang ada di sekolah. Kepala sekolah bersama guru dituntut untuk mewujudkan iklim organisasi yang kondusif dengan dinamika perubahan yang dilakukan secara terus-menerus sesuai perubahan yang terjadi.
Sebagai seorang pemimpin, baik kepala sekolah maupun guru diharapkan memiliki pengetahuan luas dan keterampilan tinggi yang didasari IPTEK dan IMTAQ. Kemampuan yang tinggi baik dari aspek pengetahuan maupun keterampilan tidak akan datang dengan sendirinya tanpa ada upaya dan keinginan yang kuat dari sumber daya manusianya. Setiap kegiatan yang dilakukan harus dipersiapkan secara matang dengan mempertimbangkan unsur-unsur rasionalitas, moralitas di samping unsur yang bersifat ilmiah.sehingga dapat mencerminkan suatu budaya hidup-kerja berkualitas. Budaya ini perlu dibangun di atas pondasi yang kokoh didasarkan atas kemampuan dan kemauan para pengelola untuk mengoptimalkan kesinergian dari jalinan sistem yang saling terkait.
Aktivitas di bidang penulisan ilmiah merupakan salah satu cerminan dari ke-mampuan para pengelola pendidikan untuk menuangkan suatu ide atau gagasan atau bahkan hasil kajian research yang dilakukannya. Aktivitas ini diarahkan guna mem-perbaiki dan mengembangkan situasi yang kondusif demi mewujudkan budaya kerja hidup berkualitas.. Karya tulis yang dihasilkan harus dapat dipertanggungjawabkan keaslian dan keilmiahannya sehingga berdampak pada eksistensi dari lembaga yang dipimpinnya.
Melalui pelatihan yang dilakukan oleh Kelompok Pengawas TK/SD Kecamatan Jatinegara, diupayakan untuk menjembatani persoalan penulisan ilmiah yang sering dihadapi para pengelola pendidikan khususnya Kepala Sekolah dan guru senior agar salah satu kriteria kualitas dapat terwujud melalui kemampuan ini.

B. PEMBAHASAN
1. Apa yang dimaksud Ilmiah?
Ilmiah dalam suatu tulisan yang dihasilkan berarti digunakan metode dan prinsip-prinsip science, yaitu sistematis dan eksak, atau menggunakan metode penelitian di mana suatu hipotesis yang dirumuskan setelah dikumpulkan data objektif secara sistematis, dites secara empiris. Science selalu empiris, yaitu didasarkan atas data yang diperoleh melalui observasi. Science bersifat sistematis dan mencoba melihat sejumlah observasi yang kompleks dalam hubungan yang logis. Science itu objektif, menjauhi aspek-aspek yang subyektif.
Karena itu, kegiatan ilmiah tidak mencampurkannya dengan nilai-nilai etis.
Science tidak bertanya apakah objek penelitian itu baik atau buruk.
Science atau ilmu pengetahuan sering dipandang sebagai akumulasi pengetahu-an yang sistematis. Science dapat dan harus memperluas pengetahuan. Akan tetapi haki-kat science yang utama adalah sebagai suatu metode pendekatan terhadap keseluruh-an dunia empiris, yakni dunia kenyataan yang dapat dikenal manusia melalui pe-ngalamannya.
Science tidak bertujuan untuk menemukan kebenaran mutlak. Bagi science, segala pengetahuan bersifat sementara atau tentatif yang dapat berubah bila ditemukan data baru misalnya jika ditemukannya dengan menggunakan alat-alat baru.. Science adalah suatu metode analisis dan mengemukakan penemuannya dengan hati-hati dalam bentuk “jika”, “maka”. Dengan science, teori memegang peranan yang penting. Teori merupakan hal yang pokok dan dasar bagi science.

2. Pengertian Tulisan Ilmiah
Tulisan ilmiah dapat didefinisikan sebagai suatu karya tulis hasil kegiatan ilmiah yang berupa artikel/hasil penelitian atau berupa makalah yang disajikan pada forum pertemuan ilmiah. Tulisan ilmiah yang tersaji dengan bahasa dan format yang lebih populer disebut sebagai tulisan ilmiah populer.
Tulisan ilmiah memiliki beberapa ciri khusus, yaitu:
a. Isi sajiannya berada pada kawasan ilmu
b. Penulisannya cermat, tepat, dan benar
c. Sistematika jelas, dan
d. Bersifat objektif (dengan fakta dan rasional)
Setiap tulisan ilmiah hanya menyajikan ringkasan atau hal-hal yang menarik dari suatu kegiatan ilmiah (penelitian, pengembangan, dan evaluasi). Tulisan ilmiah sering juga disebut makalah. Makalah dapat menjadi artikel bila termuat di majalah ilmiah, atau bahan tulisan bagi siaran radio/TV, atau bahan tertulis dalam pertemuan ilmiah.
Penelitian merupakan suatu kegiatan pengkajian terhadap suatu permasalahan dengan menggunakan metode ilmiah. Hasilnya berupa pengetahuan ilmiah dari hal yang dipermasalahkan. Pengembangan merupakan kegiatan yang dapat berupa perancangan, perencanaan atau rekayasa yang dilakukan dengan berdasar metode berpikir ilmiah. Hasilnya berupa pengetahuan ilmiah atau teknologi yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Sedangkan evaluasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang diperoleh melalui tata cara tertentu berdasar pada metode berpikir ilmiah. Hasilnya adalah pengetahuan ilmiah yang digunakan untuk pengambilan kebijakan terhadap hal yang dipermasalahkan. Dengan demikian, kegiatan penelitian, pengembangan, dan evaluasi merupakan kegiatan ilmiah yang akan ditulis dalam bentuk dan format penulisan ilmiah mulai dari buku, artikel, dan gagasan yang ditulis melalui media massa.

Kriteria kebenaran ilmu ada tiga, yaitu:

a. Koherensi
Suatu pernyataan dianggap benar, bila pernyataan itu bersifat koherensi dan konsisten dengan pernyataan sebelumnya. Dan dianggap benar menurut logika deduktif dengan menggunakan sarana matematika sebagai alat pembuktiannya.
b. Korespondensi
Suatu pernyataan dianggap benar, jika pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan ) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut menurut logika induktif dan menggunakan statistik sebagai sasarannya.
c. Pragmatis
Pernyataan dianggap benar, bila diukur dengan kriteria apakah pernyataan itu bersifat fungsional (berguna/efektif) bagi kehidupan praktis. Atau suatu pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
Dalam cara berpikir/menalar untuk memecahkan suatu permasalahan, terdapat dua cara yaitu:
a. Berpikir deduktif (dari fakta umum ke khusus)
b. Berpikir induktif (dari fakta yang khusus kemudian diteliti dan akhirnya ditemui pemecahan persoalan yang bersifat umum). Ruang lingkup awalnya adalah khas dan terbatas.

3. Kerangka Isi Tulisan Ilmiah
Kerja penelitian, pengembangan dan evaluasi memerlukan pelaporan hasil. Kerangka isi dan format laporan hasil umumnya terdiri dari:
a. Bagian Pendahuluan terdiri dari halaman judul, lembaran persetujuan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan lampiran, serta abstrak atau ringkasan.
b. Bagian Isi umumnya terdiri dari:
I. Permasalahan atau Pendahuluan
II. Kajian Teori atau Pembahasan Kepustakaan
III. Metodologi atau Uraian Metode dan Prosedur Pengkajian
IV. Hasil-hasil dan Diskusi Hasil Kajian, serta
V. Kesimpulan dan Saran-saran.
c. Bagian Penunjang umumnya terdiri dari sajian daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang diperlukan untuk menunjang isi laporan
Bentuk sajian tulisan ilmiah dapat berbeda-beda. Majalah ilmiah dan pertemuan ilmiah mempersyaratkan bentuk sajian tulisan yang lebih resmi. Sedangkan media masa seperti koran dan naskah berita, tulisan ilmiahnya menggunakan bahasa yang lebih populer.
Isi tulisan laporan hasil kegiatan penelitian, pengembangan dan evaluasi yang dipersyaratkan oleh suatu jurnal ilmiah adalah:
a. Bagian Pendahuluan terdiri dari judul, abstrak dalam bahasa Indonesia dan Inggris
b. Bagian Isi terdiri dari Permasalahan, Uraian teori dan hal yang dipermasalahkan, Uraian fakta dari hal yang dipermasalahkan, Diskusi, Kesimpulan/Saran
c. Bagian Penunjang tediri dari daftar pustaka dan data dari penulis.

4. Pengertian Tulisan Ilmiah Populer
Pengetahuan ilmiah dapat disajikan dengan tampilan format dan bahasa yang lebih enak dibaca dan dipahami. Tulisan semacam itu umum disebut sebagai tulisan ilmiah populer.
Meskipun disajikan dengan gaya bahasa dan sajian yang tidak terlalu formal, namun fakta yang disajikan harus tetap obyektif dan dijiwai dengan kebenaran dan metode berpikir keilmuan. Pada umumnya tulisan ilmiah populer lebih banyak menyajikan pandangan, gagasan, komentar atau ulasan terhadap sesuatu permasalahan tertentu.

5. Kerangka Isi Tulisan Ilmiah Populer
Tulisan ilmiah populer umumnya tersaji dalam kerangka isi yang lebih bebas. Tidak ada kerangka isi yang baku seperti hasilpenelitian. Tujuannya adalah menarik bagi para pembaca dan mudah dipahami. Dengan demikian, dalam tulisan ilmiah populer harus jelas untuk konsumsi siap tulisan itu dibuat. Kondisi pembaca sangat menentukan gaya bahasa dan kerangka isi penyajian.
Kerangka isi tulisan ilmiah populer terdiri dari 3 bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. Pada pendahuluan sering dipaparkan hal-hal yang menarik, atau mengejutkan. Pada bagian isi bahasan ada yangdimulai dengan memaparkan hal-hal umum untuk kemudian menuju pada kesimpulan yang spesifik. Atau sebaliknya. Ada juga yang mengungkapkan tesis, kemudian membenturkannya dengan antitesis untuk sampai pada satu sintesa. Ada pula yang membahas permasalahan dengan upaya untuk menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, kapan, dan dimana serta bagaimana.

C. PENUTUP
Hasil kegiatan ilmiah dapat disajikan dalam bentuk tulisan ilmiah baik berupa artikel di majalah atau berupa makalah yang disajikan pada forum pertemuan ilmiah. Tulisan ilmiah yang tersaji dengan format yang lebih “populer” disebut sebagai tulisan ilmiah populer. Tulisan ilmiah populer merupakan tulisan ilmiah yang disajikan dengan menggunakan bahasa dan kerangka sajian isi yang lebih menarik serta mudah dipahami.
Berbagai cara penulisan dapat dilakukan untuk memaparkan hasil suatu kegiatan baik yang berupa penelitian, pengembangan maupun evaluasi. Teknik penulisannya dapat dilakukan dengan mengkaji siapa dan bagaimana pihak lain dapat memahami maksud dari tulisan yang disajikan. Tulisan ilmiah yang disajikan pada jurnal ilmiah memper-syaratkan kerangka isi sajian tertentu. Sedangkan tulisan ilmiah yang diterbitkan pada suatu jurnal ilmiah mengikuti langkah-langkah: Judul, Abstrak, Kata-kata kunci, Permasalahan, Uraian teori dari hal yang dipermasalahkan, Uraian fakta dari hal yang dipermasalahkan, Diskusi, Kesimpulan/Saran, Daftar Pustaka dan sajian ringkas data dari penulis.

Teori Belajar Orang dewasa

Gagne membagi teori belajar dalam 3 famili :
a. conditioning
b. modelling
c. kognitif

Kingsley dan Garry membagi teori belajar dalam 2 bagian yaitu ;
a. teori stimulus-respon
b. teori medan
Taba membagi teori belajar menjadi 2 famili :
a. teori asosiasi atau behaviorisme
b. teori organismik, gestalt dan teori medan

Di dalam pembahasan akan difokuskan pada teori belajar orang dewasa. Ada aliran inkuiri yang merupakan landasan teori belajar dan mengajar orang dewasa yaitu : “scientific stream” dan “artistic atau intuitive/reflective stream”. Aliran “scientific stream” adalah menggali atau menemukan teori baru tentang belajar orang dewasa melalui penelitian dan eksperimen . Teori ini diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike dengan pubilkasinya “ Adult Learning”, pada tahun 1928.
Pada aliran artistic, teori baru ditemukan melalui instuisi dan analisis pengalaman yang memberikan perhatian tentang bagaimana orang dewasa belajar. Aliran ini diperkenalkan oleh Edward C. Lindeman dalam penerbitannya “ The Meaning of Adult Education” pada tahun 1926 yang sangat dipengaruhi oleh filsafat pendidikan John Dewey.
Menurutnya sumber yang paling berguna dalam pendidikan orang dewasa adalah pengalaman peserta didik. Dari hasil penelitian, Linderman mengidentifikasi beberapa asumsi tentang pembelajar orang dewasa yang dijadikan fondasi teori belajar orang dewasa yaitu sebagai berikut :
1) pembelajar orang dewasa akan termotivasi untuk belajar karena kebutuhan dan minat dimana belajar akan memberikan kepuasan
2) orientasi pembelajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan, sehingga unit-unit pembelajar sebaiknya adalah kehidupan nyata (penerapan) bukan subject matter.
3) Pengalaman adalah sumber terkaya bagi pembelajar orang dewasa, sehingga metode pembelajaran adalah analisa pengalaman (experiential learning).
4) Pembelajaran orang dewasa mempunyai kebutuhan yang mendalam untuk mengarahkan diri sendiri (self directed learning), sehingga peran guru sebagai instruktur.
5) Perbedaan diantara pembelajar orang dewasa semakin meningkat dengan bertambahnya usia, oleh karena itu pendidikan orang dewasa harus memberi pilihan dalam hal perbedaan gaya belajar, waktu, tempat dan kecepatan belajar.

Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “ Student-Centered Learning” yang intinya yaitu :
1) kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi belajarnya.
2) Seseorang akan belajar secarasignifikan hanya pada hal-hal yang dapat memperkuat/menumbuhkan “self”nya
3) Manusia tidak bisa belajar kalau berada dibawah tekanan
4) Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir

Peserta didik orang dewasa menurut konsep pendidikan adalah :
1) meraka yang berperilaku sebagai orang dewasa, yaitu orang yang melaksanakan peran sebagai orang dewasa
2) meraka yang mempunyai konsep diri sebagai orang dewasa

Andragogi mulai digunakan di Netherlands oleh professor T.T Ten have pada tahun 1954 dan pada tahun 1959 ia menerbitkan garis-garis besar “Science of Andragogy”
Model andragogi mempunyai konsep bahwa : kebutuhan untuk tahu (The need to know), konsep diri pembelajar ( the learner’s concept),peran pengalaman pembelajar (the role of the leaner’s experience), kesiapan belajar ( readiness to learn), orientasi belajar (orientation of learning) dan motivasi lebih banyak ditentukan dari dalam diri si pembelajar itu sendiri.
Didalam pembelajaran orang dewasa tidak sepenuhnya harus menggunakan model andragogi, tetapi bisa digabung model pedagogi. Jika pembelajarnya belum mengetahui atau sangat asing dengan materi yang disampaikan tentunya kita bisa menggunakan model pedagogi pada awal-awal pertemuan untuk mengkonstruksi pengalaman dengan pengetahuan yang baru didapatkan, selanjutnya bisa digunakan model andragogi sebagai penguatan dan pengembangan.

Teori Belajar

Beberapa teori belajar yang akan di bahas antara lain :
Teori belajar Skinner “Operant Conditioning”
Teori Belajar Conditining of Learning, Robert M. Gagne
Teori Belajar Perkekmembangan Kognitif Jean Piaget
Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Belajar Orang Dewasa
Teori Pembelajaran Orang Dewasa

a) Teori Operant Conditioning
Teori operant conditioning dimulai pada tahun 1930-an. Burhus Fredik Skinner selama periode teori stimulus (S)- Respons ( R) untuk menyempurnakan teorinya Ivan Pavlo yang disebut “Classical Conditioning”. Skinner setuju dengan konsepnya John Watson bahwa psikologi akan diterima sebagai sain (science) bila studi tingkah laku (behavior) tersebut dapat diukur, seperti ilmu fisika, teknik, dan sebagainya.
Menurut Skinner , belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang harus dapat diukur. Bila pembelajar (peserta didik) berhasil belajar, maka respon bertambah, tetapi bila tidak belajar banyaknya respon berkurang, sehingga secara formal hasil belajar harus bisa diamati dan diukur.
Hasil temuan skinner terdapat tiga komponen dalam belajar yaitu :
Discriminative stimulus (SD)
Response
Reinforcement (penguatan)
- penguatan positif
- penguatan negative
b) Teori Conditioning Of Learning, Robert M. Gagne
Teori ini ditemukan oleh Gagne yang didasarkan atas hasil riset tentang faktor-faktor yang kompleks pada proses belajar manusia. Penelitiannya diamksudkan untuk menemukan teori pembelajaran yang efektif. Analisanya dimulai dari identifikasi konsep hirarki belajar, yaitu urut-urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh pembelajar (peserta didik) agar dapat mempelajari hal-hal yang lebih sulit atau lebih kompleks.
Menurut Gagne belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan tingkah laku (behavior) adalah hasil dari efek belajar yang komulatif (gagne, 1968). Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa belajar itu bukan proses tunggal. Belajar menurut Gagne tidak dapat didefinisikan dengan mudah, karena belajar bersifat kompleks.
Gagne (1972) mendefinisikan belajar adalah : mekanisme dimana seseorang menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara kompleks. Kompetensi itu meliputi, skill, pengetahuan, attitude (perilaku), dan nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia, sehingga belajar adalah hasil dalam berbagai macam tingkah laku yang selanjutnya disebut kapasitas atau outcome. Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh pembelajar (peserta didik) dari :
1. Stimulus dan lingkungan
2. proses kognitif
Menurut Gagne belajar dapat dikategorikan sebagai berikut :
1) Verbal information (informasi verbal)
2) Intellectual Skill (skil Intelektual)
3) Attitude (perilaku)
4) Cognitive strategi (strategi kognitif)

Belajar informasi verbal merupakan kemampuan yang dinyatakan , seperti membuat label, menyusun fakta-fakta, dan menjelaskan. Kemampuan / unjuk kerja dari hasil belajar, seperti membuat pernyataan, penyusunan frase, atau melaporkan informasi.
Kemampuan skil intelektual adalah kemampuan pembelajar yang dapat menunjukkan kompetensinya sebagai anggota masyarakat seperti; menganalisa berita-berita. Membuat keseimbangan keuangan, menggunakan bahasa untuk mengungkapkan konsep, menggunakan rumus-rumus matematika. Dengan kata lain ia tahu “ Knowing how”
Attitude (perilaku) merupakan kemampuan yang mempengaruhi pilihan pembelajar (peserta didik) untuk melakukan suatu tindakan. Belajar mealui model ini diperoleh melalui pemodelan atau orang yang ditokohkan, atau orang yang diidolakan.
Strategi kognitif adalah kemampuan yang mengontrol manajemen belajar si pembelajar mengingat dan berpikir. Cara yang terbaik untuk mengembangkan kemampuan tersebut adalah dengan melatih pembelajar memecahkan masalah, penelitian dan menerapkan teori-teori untuk memecahkan masalah ril dilapangan. Melalui pendidikan formal diharapkan pembelajar menjadi “self learner” dan “independent tinker”.

c) Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget (Cognitive Development Theory)
Menurut Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interksi yangterus menerus antara individu dengan lingkungan.
Fokus perkembangan kognitif Piaget adalah perkembangan secara alami fikiran pembelajar mulai anak-anak sampai dewasa. Konsepsi perkembangan kognitif Piaget, duturunkan dari analisa perkembangan biologi organisme tertentu. Menurut Piaget, intelegen (IQ=kecerdasan) adalah seperti system kehidupan lainnya, yaitu proses adaptasi.
Menurut Piaget ada tiga perbedaan cara berfikir yang merupakan prasyarat perkekmbangan operasi formal, yaitu; gerakan bayi, semilogika, praoprasional pikiran anak-anak, dan operasi nyata anak-anak dewas.
Ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif yaitu :
1) lingkungan fisik
2) kematangan
3) pengaruh sosial
4) proses pengendalian diri (equilibration)
(Piaget, 1977)

Tahap perkembangan kognitif :
1) Periode Sensori motor (sejak lahir – 1,5 – 2 tahun)
2) Periode Pra Operasional (2-3 tahun sampai 7-8 tahun)
3) Periode operasi yang nyata (7-8 tahun sampai 12-14 tahun)
4) Periode operasi formal
Kunci dari keberhasilan pembelajaran adalah instruktur/guru/dosen/guru harus memfasilitasi agar pembelajar dapat mengembangkan berpikir logis.

d) Teori Berpikir Sosial (social Learning Theory)
Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang psikolog pendidikan dari Stanford University, USA. Teori belajar ini dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana orang belajar dalam seting yang alami/lingkungan sebenarnya.
Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku (B), lingkungan (E) dan kejadian-kejadian internal pada pembelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh (interlocking),
Harapan dan nilai mempengaruhi tingkah laku
Tingkah laku sering dievaluasi, bebas dari umpan balik lingkungan sehingga mengubah kesan-kesan personal
Tingkah laku mengaktifkan kontingensi lingkungan
Karakteristik fisik seperti ukuran, ukuran jenis kelamin dan atribut sosial menumbuhkan reaksi lingkungan yang berbeda.
Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu.
Kontingensi yang aktif dapat merubah intensitas atau arah aktivitas.
P
B
E









Tingkah laku dihadirkan oleh model
Model diperhatikan oleh pelajar (ada penguatan oleh model)
Tingkah laku (kemampuan dikode dan disimpan oleh pembelajar)
Pemrosesan kode-kode simbolik
Skema hubungan segitiga antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku, (Bandura, 1976).






Skema
Proses Kognitif Pembelajar
Pembelajar mampu menunjukkan kompetensi/tingkah laku
Performance/unjuk kerja
Motivasi pembelajar mengolah tingkah laku


Proses perhatian sangat penting dalam pembelajaran karena tingkah laku yang baru (kompetensi) tidak akan diperoleh tanpa adanya perhatian pembelajar. Proses retensi sangat penting agar pengkodean simbolik tingkah laku ke dalam visual atau kode verbal dan penyimpanan dalam memori dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini rehearsal (ulangan ) memegang peranan penting.
Proses motivasi yang penting adalah penguatan dari luar, penguatan dari dirinya sendiri dan Vicarius Reinforcement (penguatan karena imajinasi).
Lebih lanjut menurut Bandura (1982) penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri pembelajar sendiri yakni “sense of self Efficacy” dan “self – regulatory system”. Sense of self efficacy adalah keyakinan pembelajar bahwa ia dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai standar yang berlaku.
Self regulatory adalah menunjuk kepada 1) struktur kognitif yang memberi referensi tingkah laku dan hasil belajar, 2) sub proses kognitif yang merasakan, mengevaluasi, dan pengatur tingkah laku kita (Bandura, 1978). Dalam pembelajaran sel-regulatory akan menentukan “goal setting” dan “self evaluation” pembelajar dan merupakan dorongan untuk meraih prestasi belajar yang tinggi dan sebaliknya.
Menurut Bandura agar pembelajar sukses instruktur/guru/dosen/guru harus dapat menghadirkan model yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar, mengembangkan “self of mastery”, self efficacy, dan reinforcement bagi pembelajar.
Berikut Bandura mengajukan usulan untuk mengembangkan strategi proses pembelajaran yaitu sebagi berikut :

No
Strategi Proses
1
Analisis tingkah laku yang akan dijadikan model yang terdiri :
a. Apakah karekter dari tingkah laku yang akan dijadikan model itu berupa konsep, motor skil atau efektif?
b. Bagaimanakah urutan atau sekuen dari tingkah laku tersebut?
c. Dimanakah letak hal-hal yang penting (key point) dalam sekuen tersebut?
2
Tetapkan fungsi nilai dari tingkah laku dan pilihlah tingkah laku tersebut sebagai model.
a. Apakah tingkah laku (kemampuan yang dipelajari) merupakan hal yang penting dalam kehidupan dimasa datang? (success prediction)
b. Bila tingkah laku yang dipelajari kurang memberi manfaat (tidk begitu penting) model manakah yang lebih penting?
c. Apakah model harus hidup atau simbol?
Pertimbangan soal biaya, pengulangan demonstrasi dan kesempatan untuk menunjukkan fungsi nilai dan tingkah laku.
d. Apakah reinforcement yang akan didapat melalui model yang dipilih?

3
Pengembangan sekuen instruksional
a. Untuk mengajar motor skill, bagaimana caramengerjakan pekerjaan/kemampuan yang dipelajari :how to do this” dan bukannya “not this”.
Langkah-langkah manakah menurut sekuen yang harus dipresentasikan secara perlahan-lahan
4
Implementasi pengajaran untuk menunut proses kognitif dan motor reproduksi.
a. motor skill
1) hadirkan model
2) beri kesempatan kepada tiap-tiap pembelajar untuk latihan secarasimbolik
3) beri kesempatan kepada pembelajar untuk latihan dengan umpan balik visual
b. proses kognitif
1) Tampilkan model, baik yang didukung oleh kode-kode verbal atau petunjuk untuk mencari konsistensi pada berbagai contoh
2) Beri kesempatan kepada pembelajar untuk membuat ihtisar atau summary
3) Jika yang dipelajari adalah pemecahan masalah atau strategi penerapan beri kesempatan pembelajar untuk berpartisipasi secaraaktif
4) Beri kesempatan pembelajar untuk membuat generalisasi ke berbagai siatuasi.

Dari uraian tentang teori belajar sosial, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-proses kognitif belajar.
2. komponen-komponen belajar terdiri dari tingkah laku, konsekuensi-konsekuensi terhadap model dan proses-proses kognitif pembelajar.
3. hasil belajar berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan kembali atau tidak (retrievel).
4. dalam perencanaan pembelajaran skill yang kompleks, disamping pembelajaran-pembelajaran komponen-komponen skill itu sendiri, perlu ditumbuhkan “sense of efficacy” dan self regulatory” pembelajar.
5. dalam proses pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk latihan secara mental sebelum latihan fisik, dan “reinforcement” dan hindari punishment yang tidak perlu.

Ahli lain yaitu Bloom dkk, menjelaskan domain tujuan pendidikan ada tiga ranah yaitu : 1) kognitif, yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, dan perkembangan kemampuan dan skill intelektual, 2) afektif yang menjelaskan tentang perubahan dalam minat, perilaku (attitudes), nilai-nilai dan perkembangan dalam apresiasi dan penyesuaian , dan 3) psikomotor.

2. Teori Belajar Orang dewasa
Gagne membagi teori belajar dalam 3 famili :
a. conditioning
b. modelling
c. kognitif

Kingsley dan Garry membagi teori belajar dalam 2 bagian yaitu ;
a. teori stimulus-respon
b. teori medan
Taba membagi teori belajar menjadi 2 famili :
a. teori asosiasi atau behaviorisme
b. teori organismik, gestalt dan teori medan

Di dalam pembahasan akan difokuskan pada teori belajar orang dewasa. Ada aliran inkuiri yang merupakan landasan teori belajar dan mengajar orang dewasa yaitu : “scientific stream” dan “artistic atau intuitive/reflective stream”. Aliran “scientific stream” adalah menggali atau menemukan teori baru tentang belajar orang dewasa melalui penelitian dan eksperimen . Teori ini diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike dengan pubilkasinya “ Adult Learning”, pada tahun 1928.
Pada aliran artistic, teori baru ditemukan melalui instuisi dan analisis pengalaman yang memberikan perhatian tentang bagaimana orang dewasa belajar. Aliran ini diperkenalkan oleh Edward C. Lindeman dalam penerbitannya “ The Meaning of Adult Education” pada tahun 1926 yang sangat dipengaruhi oleh filsafat pendidikan John Dewey.
Menurutnya sumber yang paling berguna dalam pendidikan orang dewasa adalah pengalaman peserta didik. Dari hasil penelitian, Linderman mengidentifikasi beberapa asumsi tentang pembelajar orang dewasa yang dijadikan fondasi teori belajar orang dewasa yaitu sebagai berikut :
1) pembelajar orang dewasa akan termotivasi untuk belajar karena kebutuhan dan minat dimana belajar akan memberikan kepuasan
2) orientasi pembelajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan, sehingga unit-unit pembelajar sebaiknya adalah kehidupan nyata (penerapan) bukan subject matter.
3) Pengalaman adalah sumber terkaya bagi pembelajar orang dewasa, sehingga metode pembelajaran adalah analisa pengalaman (experiential learning).
4) Pembelajaran orang dewasa mempunyai kebutuhan yang mendalam untuk mengarahkan diri sendiri (self directed learning), sehingga peran guru sebagai instruktur.
5) Perbedaan diantara pembelajar orang dewasa semakin meningkat dengan bertambahnya usia, oleh karena itu pendidikan orang dewasa harus memberi pilihan dalam hal perbedaan gaya belajar, waktu, tempat dan kecepatan belajar.

Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “ Student-Centered Learning” yang intinya yaitu :
1) kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi belajarnya.
2) Seseorang akan belajar secarasignifikan hanya pada hal-hal yang dapat memperkuat/menumbuhkan “self”nya
3) Manusia tidak bisa belajar kalau berada dibawah tekanan
4) Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir

Peserta didik orang dewasa menurut konsep pendidikan adalah :
1) meraka yang berperilaku sebagai orang dewasa, yaitu orang yang melaksanakan peran sebagai orang dewasa
2) meraka yang mempunyai konsep diri sebagai orang dewasa

Andragogi mulai digunakan di Netherlands oleh professor T.T Ten have pada tahun 1954 dan pada tahun 1959 ia menerbitkan garis-garis besar “Science of Andragogy”
Model andragogi mempunyai konsep bahwa : kebutuhan untuk tahu (The need to know), konsep diri pembelajar ( the learner’s concept),peran pengalaman pembelajar (the role of the leaner’s experience), kesiapan belajar ( readiness to learn), orientasi belajar (orientation of learning) dan motivasi lebih banyak ditentukan dari dalam diri si pembelajar itu sendiri.
Didalam pembelajaran orang dewasa tidak sepenuhnya harus menggunakan model andragogi, tetapi bisa digabung model pedagogi. Jika pembelajarnya belum mengetahui atau sangat asing dengan materi yang disampaikan tentunya kita bisa menggunakan model pedagogi pada awal-awal pertemuan untuk mengkonstruksi pengalaman dengan pengetahuan yang baru didapatkan, selanjutnya bisa digunakan model andragogi sebagai penguatan dan pengembangan.